Rabu, 23 Desember 2015

Psikologi Beragama





Psikologi
                Setiap Manusia akan mengalami dua macam perkembangan baik itu perkembangan Jasmani maupun Rohani. Perkembangan jasmani diukur berdasarkan umur kronologis, dan puncak dari perkembangan jasmani biasanya dinamakan dengan Kedewasaan. Sedangkan perkembangan rohani dspst dilihat atau diukur berdasarkan tingkat kemampuan  seseorang. Pencapaian tingkat kemampuan tertentu bagi perkembangan rohani disebut dengan istilah kematangan.
            Berbicara kematangan atau tingkat kemampuan sesorang, ada beberapa factor yang mempengaruhi baik jasmani maupun rohaninya . Antara lain Faktor intern maupun ekstern:
Ø  Faktor intern yang mempengaruhinya antara lain:

-          Konstruksi Tubuh, strukur tubuh dan keadaan fisik, koordinasi motorik, kemampuan mental dan bakat khusus, intelegensi tinggi, hambatan mental serta emosionalitas.
Ø  Faktor ektern
-          Lingkungan dan keluarga
Adapun yang tejadi pada salah seorang teman saya Saat SD, sebut saja Khoirul. Ia mempunyai sebuah perkembangan kepribadian yang berbeda dari teman sebayanya. Semenjak kecil ia tumbuh dan berkembang pada lingkungan keluarga yang berkecukupan, segala keperluan sekolah selalu diberikan oleh orang tuanya. Di kelas khoirul tergolong anak yang cerdas dan ramah, saya selalu belajar dengannya dan duduk sebangku jika didalam kelas.
Khoirul memliki garis keturunan orang tua yang pandai beragama, dan ia merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Keluarganya sangat menyanginya sehingga  setiap kebutuhannya hamper tidak pernah tidak terpenuhi selama bersekolah. Lingkungan keluarga yang notabene kental dengan keagamaan, yang sudah barang tentu sangat mempengaruh pola piker serta kematangan keberagamaannya.
Sedangkan saya, hidup dalam keluarga yang tergolong rendah baik perekonomian, pengetahuan  maupun keagamaannya. Orangtua saya SD pun tidak tamat, ditambah dengan mengajipun sangat kurang, sehingga saya sangat minim tentang ilmu pengetahuan baik dibidang IPTEK maupun agama. Saya anak ke 3 dari 6 bersaudara, kakak saya yang pertama  hanya lulusan SD sedangkan yang kedua berhenti saat ia kelas 4, karena di tuduh mencuri sandal. Dari latar belakang keluarga yang seperti inilah saya berpikir bahwa saya harus pergi dari rumah untuk mencari ilmu. Alhamdulillah hingga saat ini saya mampu membuktikan bahwa setiap ada kemauan pasti ada jalan yang diberikan untuk mencapainya.
            Saya dan khoirul tentulah dari latar belakang yang berbeda, akan tetapi kami selalu mengaji bersama dimasjid dilingkungan RT kami, setiap sorenya ba’da shalat Asar. Walaupun dia sudah al-Qur’an, sedangkan saya waktu itu masih Iqra’ atau Juz Ama, tetapi saya tidak pernah merasa minder ataupun malu, dimana saat itu hanya saya yang paling besar postur badannya. Berbeda dengan khoirul yang kecil dan pendek tetapi dia sudh pandai membaca al-Qur’annya, bagi saya menuntut ilmu tidak perlu malu walaupun umur kita sudah tua.
Suatu ketika dimasjid kami akan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, seminggu sebelum acara  saya ditunjuk oleh ustadz Abdullah yang mengajari kami mengaji, untuk mebawakan ceramah singkat, walaupun hati saya gemetar tetapi tidak ada pilihan lain untuk tidak menerimanya, karena teman saya yang lain tidak ada yang mau. Sedangkan khoirul di tugaskan untuk menjadi pembaca kalam ilahi, karena suaranya yang bagus dan bacaannya yang sudah fasih pada saat itu. Mulai saat itu juga saya berlatih untuk menguasai teks materi yang telah diberikan oleh guru ngaji kami, saya terus belajar dan minta bantuan ke khoirul karena dia tergolong murid yang pandai untuk berpidato. Saya di terus berlatih dengannya saat kami pulang sekolah maupun saat bermain di sawah.
Saya melihat Khoirul justru dia jarang berlatih untuk memantapkan bacaan al-Qur’annya, sayapun bertanya kepadanya “ Rul, kenapa kau tidak berlatih jua membaca al-Qur’annya, apakah kamu sudah bias”? Dia, hanya tersenyum, dan berkata” Belajar itu tidak mesti terus-menerus boy, cukup sekali dua kali di baca saat selesai shalat, itu sudah cukup bagiku..” saya pun terheran kenapa bisa Rul” apakah tidak lupa tuh’ Saya saja berkali-kali baca teks ini sulit betul untuk mengingatnya! Jawab Khoirul : “ itu semua memang berbeda boy, terus berlatih dan berusaha boy, !   dia hanya perpesan seperti itu kepadaku.
Sehari lagi adalah hari H untuk tampil pada acara tersebut akan tetapi saya belum mampu menguasai materi yang telah dberikan oleh guru ngaji saya, Saya kemudian memberanikan diri untuk menemui guru ngaji saya setelah, pengajian sore itu selesai. Sambil tertunduk saya berjalan mendekati guru ngaji saya dan berkt jujur“ Assalmualaikum pak ustadz, sebelumnya saya mohon maaf saya tidak siap untuk tampil pada acara besok? Pak Ustadz pun menjawab “ ada apa nak’ memangnya kamu kenapa?  “Saya takut pak ustadz, ! pak ustadz” Untuk apa kamu takut, dan kenapa kamu harus takut nak’  Saya hanya terdiam dan terus tertunduk.
Kemudian pak ustadz memberikan arahan kepada saya, dan tak lupa juga kawan terbaik khoirul terus memotivasi saya untuk berani tampil dan membuang rasa takut serta malu yang terus mengganggu pikiran saya.  Berkat dorongan dari ustadz dan  sahabat saya yang satu itu, saya berusaha semaksimal mungkin karena waktu yang tersisa hanya beberapa jam lagi. Saya terus berlatih mulai dari depan cermin, bagamana nanti jika diatas mimbar dan saat berjalan menuju mimbar.
Malam penentuan acarapun tiba….! Saat MC memulai dengan ucapan Basmalah, Detak jantungku Semakin bergetar bagaikan seorang atlet yang berlari secepat mungkin dilintasan perlombaan. Saya mencoba menarik nafas dan menatap seluruh hadirin yang hadir pada malam itu. Saat pembacaan kalam ilahi yang dibacakan oleh sahabat terbaiku Khoirul, hati inipun mulai tenang dan detak jantungpun berangsur-angsur mulai teratur dan normal. Seusai pembacaan kalam ilhai khoirul menemui saya dan mnegatakn “ Jangan takut Boy, anggap saja para hadirin itu Patung, rumput dan apa saja yang perlu kamu ceramahin Boy” dia pun pergi meninggalkanku.
Saat yang paling mendebarkan pun tiba MC membacakan “ Acara selanjutnya: “ marilah kita dengarkan ceramah cilik yang akan disamapaikan oleh Adik kita Imam Ashari. Kepada adik kami imam ashari kami persilahkan! Dengan mengucap basmalah sayapun melangkah menuju mimbar, tibalah saatnya saya memberikan taujiah kepada para hadirin yang hadir, saat saya membuka dengan mungacapkan salam , saya menatap keseluruh para hadirin, merekapun banyak yang tertawa setelah membalas salam saya. Rasa gerogipun muncul kembali akan tetapi saya tidak memperdulikan para hadirin yang menertawakan saya, bagi saya meraka yang tertawa belum tentu mampu dan berani untuk tampil berdiri di atas mimbar yang saya pakai pada saat seperti itu. Alhamdulillah akhirnya saya mampu untuk tampil, walaupun saat itu masih ada beberapa kesalahan. Karena saya tahu semua manusia mempunyai kelemahan dan kesalahan, saat saya bertanya kepada teman saya mengapa orang-orang menertawakan saya saat tampil di atas mimbar, temen sayapun juga tertawa sambil menjawab bahwa “ peci yang kamu pakai tadi miring, mirip dengan tukang sate’… saya pun ikut tertawa juga..hahhahahahahha. saya benar-benar tidak menyadarinya karena saat menunggu untuk tampul saya sempat terkantuk-kantuk…
Acara pun selesai kami sangat senang sekali karena pada malam itu pertama kali saya tampil di atas mimbar memberikan ceramah kepada seluruh hadirin yang hadir pada malam itu.
Hari- hari selanjutnya kami seperti biasanya mengaji dan bermain bersama, khoirul yang berasal dari keluarga yang berkecukupan tetapi tidak pernah dia membeda-bedakan dalam memilih teman bermain maupun saat belajar. Saya selalu bertanya kepad khoirul jika ada hal yang saya kurang mengerti dalam materi pelajaran yang diberikan oleh guru saat mengajar di sekolah. Dia merupakan teman terbaik yang pernah kami miliki saat SD, pandai membaca dan matematika, saat lulus SD dia pindah ke Sulawesi sedangkan sayapun ikut pergi sekolah di luar kampong halaman. Saya sekolah di kota Bontang  untuk melanjutkan kejenjang berikutnya. Setelah beberapa tahun kami tidak pernah bertemu, saat itu lebaran iedhul fitri tahun 2005, saya pulang kekmpung halaman untuk berkumpul dengan keluarga. Dan seperti biasanya saya berkumpul dan bertemu dengan teman-teman saat SD.
Pada saat selesai shalat magrib berjamaah dimasjid, ada kultum dan ternyata saya terkaget ternyata teman yang sudah bebrapa tahun tidak bertemu dan sangat saya rindukan. Yaitu khoirul ternyata dia yang menyampaikan kultum. Seusai dia memberikan kultum saya pun menghampirinya “ Shubhanallah Kawani sudah benar-benar jadi ustadz, kamipun kemudian bercerita-cerita tentang bagamana kabar dan sekolahnya. Dan anehnya lagi, ternyata dia justru sudah lulus Diploma Dua D2 sedangkan saya baru lulus SMK. Ternyata dia masuk sekolah yang mempunyai kelas akselerasi atau 2 tahun saj sudah lulus SMP begitupun SMA nya.
Saya akui memang dia memiliki kemampuan yang sangat berbeda dengan teman-teman saya lainnya saat SD, baik bidang akademik maupun non akademiknya. Walaupun memiliki badan yang kecil akan tetapi kemampuan dan kematangan berpikirnya sangatlah berbeda sebagamana mestinya anak-anak pada umumnya.
            Sayapun saat ini banyak mengambil pelajaran dari dia, walaupun dia memiliki postur badan yang kecil serta mata yang minus, akan tetapi semangat dan perjuangannya untuk terus belajar sangatlah patut di contoh. Kemampuan dia untuk mengingat dan mempelajari al-Qur’an dengan hanya membaca sekali atau dua kali setelah Shalat, ternyata justru hal itu yang dia lakukan setiap harinya. Belajar tidak harus terus-menerus akan tetapi cukup satu atau dua kali setelah shalat. Walaupun demikian tidak bisa dipungkiri bawha Kemampuan seseorang dalam menagkap dan memahami serta mengamalkan apa yang dia dapat setelah mempelajari sesuatu, sangat berbeda-beda. Termasuk apa yang saya dan teman saya khoirul  alami, sangatlah berbeda.
Kemapuan seseorang memang boleh berbeda akan tetapi usaha dan motivasilah yang sangat menentukan untu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar