A. Definisi Catatan Lapangan
Catatan
lapangan terdiri dari dua suku kata, yakni catatan dan lapangan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata “catatan“ mengandung arti; hasil pencatatatan;
peringatan. Sedangkan kata “lapangan” sebagai bentuk kata benda mengandung tiga
arti, yakni tempat atau tanah yang luas (biasanya rata); alun-alun; medan;
tempat (gelanggang) pertandingan (bulutangkis, bola voli, bola basket); atau
bidang (pekerjaan, pengetahuan, dan sebagainya), (Pusat Bahasa,2008). Catatan
lapangan secara bahasa berarti hasil mencatat suatu bidang pengetahuan.
Menurut
Bogdan dan Biklen (1982) catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai
apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan
data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Moloeng,
2005:153). Selain itu catatan penelitian merupakan buku jurnal harian yang
ditulis peneliti secara bebas.
Idrus
(2007:85) juga berpendapat bahwa catatan lapangan merupakan catatan yang
ditulis secara rinci, cermat, luas, dan mendalam dari hasil wawancara dan
observasi yang dilakukan peneliti tentang aktor, aktivitas ataupun tempat
berlangsungnya kegiatan tersebut. Dalam penjelasan yang lebih lengkap mengenai
pemahaan Idrus berkenaan dengan pendapat Bogdan dan Binklen (1982) tentang
makna catatan lapangan di atas, ia memahaminya sebagai hasil observasi atau
wawancara yang bermakna lebih kolektif, karena terdiri dari catatan lapangan
yang dibuat oleh peneliti sendiri, dan ditambahkan dengan hasil karya orang
lain yang berupa transkrip wawancara (transkip wawancara ini mungkin saja
merupakan hasil karya orang lain, karena si peneliti sendiri menyerahkan hasil
rekamannya kepada seorang ahli yang telah terbiasa menulis transkip hasil
wawancara, sehingga tidak perlu dirinya sendiri yang mentranskripkannya),
dokumen resmi yang ada, statistik resmi, gambar, foto, rekaman video, ataupun
catatan resmi lainnya yang dikeluarkan pihak yang terkait dengan situasi fokus
penelitian .
Catatan lapangan merupakan alat
yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Menurut Mandolang (2007)
catatan lapangan adalah tulang punggung riset aksi etnografis (ethnographic
action research).
Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat peneliti dalam sebuah penelitian
etnografi dari lapangan. Catatan tersebut dapat bersifat deskriptif (sesuai
yang teramati) atau reflektif (mengandung penafsiran peneliti).
Adapun krakteristik catatan
lapangan, yakni meliputi:
1. Akurat
2. Rinci, namun bukan berarti
memasukkan semua data yang tidak berkaitan
3. Luas, agar pembaca memahami situasi
dijelaskan
4. Data dapat menyediakan ikhtisar
budaya atau pengaturan.
5. Para pengamat harus melakukan lebih
dari sekedar melakukan perekaman situasi sederhana
B. Bentuk Dan Model Catatan Lapangan
bentuk catatan lapangan pada
dasarnya adalah wajah catatan lapangan yang terdiri dari halaman depan dan
halaman-halaman berikutnya disertai petunjuk paragraf dan baris tepi.
1.
Halaman Pertama
Menurut
Lexy J. Moleong (2001:154) pada halaman pertama setiap catatan lapangan
diberi judul informasi yang dijaring, waktu yang terdiri dari tanggal dan jam
dilakukannya pengamatan dan waktu menyusun catatan lapangan, tempat
dilaksanakannya pengamatan itu, dan diberi nomor urut sebagai bagian dari
seluruh perangkat catatan lapangan.
2.
Alinea dan batas tepi
Alinea atau paragraf
dalam catatan lapangan memegang peranan khusus dalam kaitannya dengan analisis
data. Oleh karena itu, setiap kali menuliskan satu pokok persoalan, peneliti
harus membuat alinea baru. Kemudian, batas tepi kanan catatan lapangan harus
diperlebar dari biasanya karena akan digunakan untuk memberikan kode pada waktu
analisis. Kode tersebut berupa nomor dan judul-judul tertentu. Atas dasar
pemberian kode dengan judul-judul tersebut dapat diperkirakan berapa lembar
batas tepi yang perlu disisakan. Menurut Idrus (2007:93) mengenai bentuk
catatan lapangan pada dasarnya belum ada kesepakatan antar para ahli ethnografi
tentang bagaimana bentuk catatan lapangan yang baik.
Namun demikian sebagai persiapan tentang isi
catatan lapangan itu harus memuat:
a) Judul atau tema yang ditulis
Penulisan tema ini penting agar memudah peneliti dalam
membuat kategori-kategori. Tentu saja tema ini dapat diambil sesuai topik yang
dibicarakan. Hanya saja perlu diingat tema tersebut tidak boleh lepas dari
kerangka besar desain penelitian yang sedang dirancang.
b) Menjelaskan tentang kapan aktivitas itu
terjadi (jam, tanggal, hari).
Peneliti hendaknya menuliskan secara rinci kapan suatu
dialog itu terjadi lengkap denga tanggal, hari, jam saat di mulai dan saat
wawancara itu selesai dilakukan. Proses ini berguna saat peneliti hendak
melakukan uji keabsahan data. Dari catatan tersebut peneliti dapat
memperkirakan kapan lagi jika suatu data hendak dilakukan keabsahannya.
c) Menyebutkan siapa yang terlibat
dalam aktivitas itu (baik si pengamat maupun yang diamati).
Pada bagian ini sebutkanlah siapa yang diamati dan siapa
yang berposisi sebagai pengamat. Menjelaskan aktivitas apa yang sedang terjadi.
Paparkan aktivitas apa yang sedang dilakukan oleh subyek. Penggambaran
aktivitas ini penting agar peneliti dapat memahami perilaku sesuai konteks yang
dialami oleh informan. Di mana aktivitas itu terjadi. Jelaskan di mana
aktivitas itu berlangsung.
v Model Catatan Lapangan
Moleong mengungkapkan bahwa
model suatu catatan lapangan membaginya ke dalam tiga macam, yakni catatan
pengamatan, catatan teori, dan catatan metodologi.
1.
Catatan
Pengamatan (CP)
Catatan pengamatan adalah pernyataan
tentang semua yang dialami yaitu yang dilihat dan didengar dengan menceritakan
siapa yang menyatakan atau melakukan apa dalam situasi tertentu. Catatan
pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung. Pernyataan tersebut tidak
boleh berisi penafsiran, hanya merupakan catatan sebagaimana adanya dan
pernyataan yang datanya sudah teruji kepercayaan dan keabsahannya.
Setiap catatan pengamatan mewakili
peristiwa yang penting sebagai bagian yang akan dimasukkan ke dalam proposisi
yang akan disusun atau sebagai kawasan suatu konteks atau situasi. Moleong
menambahkan bahwa catatan pengamatan merupakan catatan tentang siapa, apa,
bilamana, di mana, dan bagaiamana suatau kegiatan manusia. Hal itu menceritakan
”siapa mengatakan” atau ”melakukan apa” dalam kondisi tertentu.
Setiap catatan pengamatan merupakan
suatu kesatuan yang menunjukkan adanya satu datum atau sesuatu yang sangat
berkaitan atau menjelaskan peristiwa atau situasi yang ada pada catatan
pengamatan lainnya. Jika catatan pengamatan itu merupakan kutipan, sebaiknya
dikutip secara tepat.
2.
Catatan
Teori (CT)
Catatan teori yakni digunakan untuk
menampung peneliti yang ingin mempersoalkan melebihi fakta. Catatan teori
mewakili usaha yang terkontrol dan dilakukan secara sadar untuk memperoleh
pengertian dari satu atau beberapa catatan pengamatan. Peneliti sebagai
pencatatan senantiasa berpikir tentang apa yang dialaminya dan membuat
pernyataan khusus tentang arti sesuatu yang dirasakannya sebagai sesuatu yang
menghasilkan suatu pemikiran konseptual. Dengan demkian ia mulai menafsirkan,
menyimpulkan, berhipotesis, bahkan berteori. Ia mulai mengembangkan konsep
baru, menghubungkannya dengan konsep lama, atau menghubungkan antara sesuatu
yang diamatinya dari segi lain yang akan menghasilkan suatu perubahan sosial.
3.
Catatan
Metodologi (CM)
Menurut Moleong catatan metodologi
ialah pernyataan yang berisi tindakan operasional yang berpengaruh terhadap
suatu kegiatan pengamatan yang direncanakan atau yang sudah diselesaikan. Jadi,
catatan metodologi berupa instruksi-instruksi terhadap pengamat sendiri,
peringatan, kritik terhadap taktiknya. Hal itu berisi soal waktu, penata urutan
kegiatan, penetapan dan kestabilan langkah, pengaturan situasi dan tempat, cara
pengamat berkelit dalam taktik, dan lain sebagainya. Catatan metodologi
mempermasalahkan tindakan diri peneliti dan proses metodologinya.
C. Contoh Catatan Lapangan
1. CONTOH CATATAN OBSERVASI
Kelas V SD Jl. Tampak
Siring,
Bandung Selatan
Guru : Ibu
Ina
|
CL (Catatan
Lapangan) No. 5
Pengamatan
Tgl 22/04/2002
Jam 10.10 –
11.45
Disusun jam 20.15
|
(judul) kelas yang aktif
Tanggapan Pengamat :
Untuk menumbuhkan kecakapan
komunikasi lisan pada siswa, perlu pelatihan membuat peta konsep agar dapat
disajikan dalam bentuk transparan.
|
2. CONTOH CATATAN WAWANCARA
P
K
P
K
|
:
:
:
:
|
(Pewawancara).
Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan tentang klub tennis lapangan
kita Pak (Pak Bakri Mengangguk) . Pertama itu, apakah klub tennis FIA itu
memang mempunyai anggota tetap Pak ?
(Pak
Bakri) Ya kita memang mempunyai anggota tetap. Mereka itu yang selalu datang pada hari-hari
latihan. Sebagai ikatan keanggotaanya, mereka di pungut iuran perbulan. Dulu
Rp. 2.500,- tetapi sekarang sisa Rp. 1.500,- karena lapangannya itu milik
kantor sendiri , ya kita tidak perlu bayar lagi . Anggotanya itu, Pak Aris
bisa lihat diatas (sambil menunjuk ruangan Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian).
Di lapangan
tennis ; Bapak sering disebut-sebut “manager”.
Bagaimana
prosesnya sehingga muncul sebutan itu ?
Sebenarnya ya, tidak pernah diangkat
secara resmi bahwa saya manager. Cuma mungkin dari asal mulanya terbentuk
kelompok B. Saya kan yang mula-mula mengajak teman-teman pergi main, juga
urus bola, dan sebagainya. Mungkin dari situ sehingga saya disebut sebagai manager.
|
Peneliti
Peringkas
|
: ----------------------------------
: ----------------------------------
: ----------------------------------
|
Tanggal
: -----------
Mulai
s/d Jam:
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar