Setiap Manusia akan mengalami dua macam perkembangan baik itu
perkembangan Jasmani maupun Rohani. Perkembangan jasmani diukur berdasarkan
umur kronologis, dan puncak dari perkembangan jasmani biasanya dinamakan dengan
Kedewasaan. Sedangkan perkembangan rohani dspst dilihat atau diukur berdasarkan
tingkat kemampuan seseorang. Pencapaian
tingkat kemampuan tertentu bagi perkembangan rohani disebut dengan istilah
kematangan.
Berbicara
kematangan atau tingkat kemampuan sesorang, ada beberapa factor yang
mempengaruhi baik jasmani maupun rohaninya . Antara lain Faktor intern maupun
ekstern:
Ø Faktor intern yang mempengaruhinya antara lain:
-
Konstruksi Tubuh, strukur tubuh dan keadaan fisik, koordinasi motorik,
kemampuan mental dan bakat khusus, intelegensi tinggi, hambatan mental serta
emosionalitas.
Ø Faktor ektern
-
Lingkungan dan keluarga
Adapun yang tejadi pada salah seorang teman saya Saat
SD, sebut saja Khoirul. Ia mempunyai sebuah perkembangan kepribadian yang
berbeda dari teman sebayanya. Semenjak kecil ia tumbuh dan berkembang pada
lingkungan keluarga yang berkecukupan, segala keperluan sekolah selalu
diberikan oleh orang tuanya. Di kelas khoirul tergolong anak yang cerdas dan
ramah, saya selalu belajar dengannya dan duduk sebangku jika didalam kelas.
Khoirul memliki garis keturunan orang tua yang pandai
beragama, dan ia merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Keluarganya sangat
menyanginya sehingga setiap kebutuhannya
hamper tidak pernah tidak terpenuhi selama bersekolah. Lingkungan keluarga yang
notabene kental dengan keagamaan, yang sudah barang tentu sangat mempengaruh
pola piker serta kematangan keberagamaannya.
Sedangkan saya, hidup dalam keluarga yang tergolong
rendah baik perekonomian, pengetahuan
maupun keagamaannya. Orangtua saya SD pun tidak tamat, ditambah dengan
mengajipun sangat kurang, sehingga saya sangat minim tentang ilmu pengetahuan
baik dibidang IPTEK maupun agama. Saya anak ke 3 dari 6 bersaudara, kakak saya
yang pertama hanya lulusan SD sedangkan
yang kedua berhenti saat ia kelas 4, karena di tuduh mencuri sandal. Dari latar
belakang keluarga yang seperti inilah saya berpikir bahwa saya harus pergi dari
rumah untuk mencari ilmu. Alhamdulillah hingga saat ini saya mampu membuktikan
bahwa setiap ada kemauan pasti ada jalan yang diberikan untuk mencapainya.
Saya
dan khoirul tentulah dari latar belakang yang berbeda, akan tetapi kami selalu
mengaji bersama dimasjid dilingkungan RT kami, setiap sorenya ba’da shalat
Asar. Walaupun dia sudah al-Qur’an, sedangkan saya waktu itu masih Iqra’ atau
Juz Ama, tetapi saya tidak pernah merasa minder ataupun malu, dimana saat itu
hanya saya yang paling besar postur badannya. Berbeda dengan khoirul yang kecil
dan pendek tetapi dia sudh pandai membaca al-Qur’annya, bagi saya menuntut ilmu
tidak perlu malu walaupun umur kita sudah tua.
Suatu ketika dimasjid kami akan memperingati Maulid
Nabi Muhammad SAW, seminggu sebelum acara
saya ditunjuk oleh ustadz Abdullah yang mengajari kami mengaji, untuk
mebawakan ceramah singkat, walaupun hati saya gemetar tetapi tidak ada pilihan
lain untuk tidak menerimanya, karena teman saya yang lain tidak ada yang mau.
Sedangkan khoirul di tugaskan untuk menjadi pembaca kalam ilahi, karena
suaranya yang bagus dan bacaannya yang sudah fasih pada saat itu. Mulai saat
itu juga saya berlatih untuk menguasai teks materi yang telah diberikan oleh
guru ngaji kami, saya terus belajar dan minta bantuan ke khoirul karena dia
tergolong murid yang pandai untuk berpidato. Saya di terus berlatih dengannya
saat kami pulang sekolah maupun saat bermain di sawah.
Saya melihat Khoirul justru dia jarang berlatih untuk
memantapkan bacaan al-Qur’annya, sayapun bertanya kepadanya “ Rul, kenapa kau
tidak berlatih jua membaca al-Qur’annya, apakah kamu sudah bias”? Dia, hanya
tersenyum, dan berkata” Belajar itu tidak mesti terus-menerus boy, cukup sekali
dua kali di baca saat selesai shalat, itu sudah cukup bagiku..” saya pun
terheran kenapa bisa Rul” apakah tidak lupa tuh’ Saya saja berkali-kali baca
teks ini sulit betul untuk mengingatnya! Jawab Khoirul : “ itu semua memang
berbeda boy, terus berlatih dan berusaha boy, ! dia hanya perpesan seperti itu kepadaku.
Sehari lagi adalah hari H untuk tampil pada acara
tersebut akan tetapi saya belum mampu menguasai materi yang telah dberikan oleh
guru ngaji saya, Saya kemudian memberanikan diri untuk menemui guru ngaji saya
setelah, pengajian sore itu selesai. Sambil tertunduk saya berjalan mendekati
guru ngaji saya dan berkt jujur“ Assalmualaikum pak ustadz, sebelumnya saya
mohon maaf saya tidak siap untuk tampil pada acara besok? Pak Ustadz pun
menjawab “ ada apa nak’ memangnya kamu kenapa?
“Saya takut pak ustadz, ! pak ustadz” Untuk apa kamu takut, dan kenapa
kamu harus takut nak’ Saya hanya terdiam
dan terus tertunduk.
Kemudian pak ustadz memberikan arahan kepada saya, dan
tak lupa juga kawan terbaik khoirul terus memotivasi saya untuk berani tampil
dan membuang rasa takut serta malu yang terus mengganggu pikiran saya. Berkat dorongan dari ustadz dan sahabat saya yang satu itu, saya berusaha
semaksimal mungkin karena waktu yang tersisa hanya beberapa jam lagi. Saya
terus berlatih mulai dari depan cermin, bagamana nanti jika diatas mimbar dan
saat berjalan menuju mimbar.
Malam penentuan acarapun tiba….! Saat MC memulai
dengan ucapan Basmalah, Detak jantungku Semakin bergetar bagaikan seorang atlet
yang berlari secepat mungkin dilintasan perlombaan. Saya mencoba menarik nafas
dan menatap seluruh hadirin yang hadir pada malam itu. Saat pembacaan kalam
ilahi yang dibacakan oleh sahabat terbaiku Khoirul, hati inipun mulai tenang
dan detak jantungpun berangsur-angsur mulai teratur dan normal. Seusai
pembacaan kalam ilhai khoirul menemui saya dan mnegatakn “ Jangan takut Boy,
anggap saja para hadirin itu Patung, rumput dan apa saja yang perlu kamu
ceramahin Boy” dia pun pergi meninggalkanku.
Saat yang paling mendebarkan pun tiba MC membacakan “
Acara selanjutnya: “ marilah kita dengarkan ceramah cilik yang akan
disamapaikan oleh Adik kita Imam Ashari. Kepada adik kami imam ashari kami
persilahkan! Dengan mengucap basmalah sayapun melangkah menuju mimbar, tibalah
saatnya saya memberikan taujiah kepada para hadirin yang hadir, saat saya
membuka dengan mungacapkan salam , saya menatap keseluruh para hadirin,
merekapun banyak yang tertawa setelah membalas salam saya. Rasa gerogipun
muncul kembali akan tetapi saya tidak memperdulikan para hadirin yang
menertawakan saya, bagi saya meraka yang tertawa belum tentu mampu dan berani
untuk tampil berdiri di atas mimbar yang saya pakai pada saat seperti itu.
Alhamdulillah akhirnya saya mampu untuk tampil, walaupun saat itu masih ada
beberapa kesalahan. Karena saya tahu semua manusia mempunyai kelemahan dan
kesalahan, saat saya bertanya kepada teman saya mengapa orang-orang
menertawakan saya saat tampil di atas mimbar, temen sayapun juga tertawa sambil
menjawab bahwa “ peci yang kamu pakai tadi miring, mirip dengan tukang sate’…
saya pun ikut tertawa juga..hahhahahahahha. saya benar-benar tidak menyadarinya
karena saat menunggu untuk tampul saya sempat terkantuk-kantuk…
Acara pun selesai kami sangat senang sekali karena
pada malam itu pertama kali saya tampil di atas mimbar memberikan ceramah
kepada seluruh hadirin yang hadir pada malam itu.
Hari- hari selanjutnya kami seperti biasanya mengaji
dan bermain bersama, khoirul yang berasal dari keluarga yang berkecukupan
tetapi tidak pernah dia membeda-bedakan dalam memilih teman bermain maupun saat
belajar. Saya selalu bertanya kepad khoirul jika ada hal yang saya kurang
mengerti dalam materi pelajaran yang diberikan oleh guru saat mengajar di
sekolah. Dia merupakan teman terbaik yang pernah kami miliki saat SD, pandai
membaca dan matematika, saat lulus SD dia pindah ke Sulawesi sedangkan sayapun
ikut pergi sekolah di luar kampong halaman. Saya sekolah di kota Bontang untuk melanjutkan kejenjang berikutnya.
Setelah beberapa tahun kami tidak pernah bertemu, saat itu lebaran iedhul fitri
tahun 2005, saya pulang kekmpung halaman untuk berkumpul dengan keluarga. Dan
seperti biasanya saya berkumpul dan bertemu dengan teman-teman saat SD.
Pada saat selesai shalat magrib berjamaah dimasjid,
ada kultum dan ternyata saya terkaget ternyata teman yang sudah bebrapa tahun
tidak bertemu dan sangat saya rindukan. Yaitu khoirul ternyata dia yang
menyampaikan kultum. Seusai dia memberikan kultum saya pun menghampirinya “
Shubhanallah Kawani sudah benar-benar jadi ustadz, kamipun kemudian
bercerita-cerita tentang bagamana kabar dan sekolahnya. Dan anehnya lagi,
ternyata dia justru sudah lulus Diploma Dua D2 sedangkan saya baru lulus SMK.
Ternyata dia masuk sekolah yang mempunyai kelas akselerasi atau 2 tahun saj
sudah lulus SMP begitupun SMA nya.
Saya akui memang dia memiliki kemampuan yang sangat
berbeda dengan teman-teman saya lainnya saat SD, baik bidang akademik maupun
non akademiknya. Walaupun memiliki badan yang kecil akan tetapi kemampuan dan
kematangan berpikirnya sangatlah berbeda sebagamana mestinya anak-anak pada
umumnya.
Sayapun saat ini banyak mengambil
pelajaran dari dia, walaupun dia memiliki postur badan yang kecil serta mata
yang minus, akan tetapi semangat dan perjuangannya untuk terus belajar
sangatlah patut di contoh. Kemampuan dia untuk mengingat dan mempelajari
al-Qur’an dengan hanya membaca sekali atau dua kali setelah Shalat, ternyata
justru hal itu yang dia lakukan setiap harinya. Belajar tidak harus
terus-menerus akan tetapi cukup satu atau dua kali setelah shalat. Walaupun
demikian tidak bisa dipungkiri bawha Kemampuan seseorang dalam menagkap dan
memahami serta mengamalkan apa yang dia dapat setelah mempelajari sesuatu,
sangat berbeda-beda. Termasuk apa yang saya dan teman saya khoirul alami, sangatlah berbeda.
Kemapuan seseorang
memang boleh berbeda akan tetapi usaha dan motivasilah yang sangat menentukan
untu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar