PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI “ANTASARI” BANJARMASIN
APRIL 2010
Pendahuluan
Kecenderungan dewasa ini penelitian kualitatif semakin mendapat tempat di
hati para peneliti karena beberapa alasan yang antara lain bahwa ilmu-ilmu
fisik memang dapat ditentukan di laboratorium karena memiliki uniformitas fisis
yang tetap, sebaliknya perilaku sosial merupakan gejala unik yang
uniformitasnya tidak dapat ditentukan sebelumnya; selain itu tingkah laku
sosial terdapat bukan hanya seperangkat penilaian yang seragam tetapi setumpuk
kecenderungan, kepentingan dan cita-cita yang kacau dan saling bersaingan;
akhirnya dunia ini merupakan sesuatu yang komplek dan ganda. Pendekatan
kuantitatif terasa ada ketidak sesuaian paradigma untuk menangani
masalah-masalah empiris sosial seperti ini. Muncullah paradigma baru yakni
pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif dilandasi oleh filsafat fenomenologis yang
implementasinya mengenal berbagai istilah seperti naturalistik, etnometodologi,
dan interaksi simbolik. Dalam mendisain penelitian kualitatif yang perlu
diingat bahwa selain jenis kasusnya harus jelas, studinya apakah kasus tunggal
ataukah multi kasus atau multi situs, demikian pula landasan teori yang
digunakan sebagai pendekatan apakah fenomenologis, interaksi simbolik,
kebudayaan, dan etnometodologi sebagai arah bagi pengumpulan dan analisis
datanya.
1.
Jenis dan Ciri Metode Penelitian Kualitatif
Beberapa karekterisitik penelitian kualitatif,
antara lain dapat disebutkan :
a) Pengungkapan makna (meaning) merupakan hal yang esensial;
b)
Latar alami (natural setting) sebagai sumber data langsung;
c)
Peneliti sendiri merupakan
instrumen kunci.
d)
Data kualitatif untuk mengungkap
realitas ganda antara peneliti dan informan.
e)
Sampel bertujuan (purposive
sampling) sehingga mengutamakan data langsung.
f)
Analisis data induktif, lebih
memudahkan pendeskripsian konteks yang muncul.
g)
Teori mendasar (grounded theory),
yaitu mengarahkan penyusunan teori yang mendasar dan dari lapangan langsung.
h)
Disain bersifat sementara karena
pola lapangan sulit dibakukan terlebih dahulu, disain tampil dalam proses
penelitian (emergent, evolving, developing).
i)
Pensepakatan hasil terhadap makna dan tafsir
atas data langsung dari sumbernya.
j)
Modus laporan studi kasus agar
terhindar dari bias akibat interaksi peneliti dengan responden.
k)
Penafsiran idiografik atau
keberlakuan khusus yang diarahkan dalam penafsiran data kualitatif, bukan
nomotetik (keberlakuan umum).
l)
Aplikasi tentatif akibat realitas
ganda dan berbeda-beda.
m) Ikatan konteks
terfokus, karena tuntutan pendekatan holistik.
n)
Kreteria keabsahan, meliputi
kredibilitas, transferbilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sewajarnya harus masuk kelatar tertentu yang
sedang diteliti karena concern nya
dengan konteks. Bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimenegrti maknanya
secara baik apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara
mendalam dan diobservasi pada latar dimana fenomena tersebut sedang
berlangsung. Oleh karena itu teknik wawancara dan observsi dalam penelitian kualitatif
merupakan teknik yang digunakan. Disamping itu peranan teknik dokumentasi
sangat penting, karena bahan-bahan yang di tulis oleh atau tentang subyek
seringkali digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan.
Data yang
sedang dan telah dikumpulkan melalui teknik-teknik diatas harus dilacak,
diorganisasi, dipilah, disintesis, dicari polanya, diinterpretasi dan disajikan
agar peneliti dapat menangkap makna
fenomena serta dapat mengkomunikasikan kepada orang lain. Proses ini dalam
penelitian kualitatif merupakan rangkaian analisis data.
Dalam uraian
selanjutnya akan disajikan tentang teknik pengumpulan data yang meliputi
wawancara, observasi, dan dokumentasi serta teknik dan model analisis data.
2.
Teknik Pengumpulan Data
2.1 Teknik Wawancara
Menurut Lincoln
dan Guba (1985) dalam A. Sonhadji K.H (1994) wawancara dinyatakan sebagai suatu
percakapan dengan bertujuan untuk memperoleh kontruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas,
organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya ;
selanjutnya rekonstruksi keadaan tersebut dapat diharapkan terjadi pada masa yang akan datang ; dan
merupakan verifikasi, pengecekan dan pengembangan informasi
( konstruksi, rekonstruksi dan
proyeksi) yang telah didapat sebelumnya.
Tahap-tahap
wawancara meliputi :
·
Menentukan siapa yang
diwawancarai
·
Mempersiapkan wawancara
·
Gerakan awal
·
Melakukan wawancara dan
memelihara agar wawancara produktif
·
Menghentikan wawancara dan
memperoleh rangkuman hasil wawancara
Pada tahap
pertama peneliti menentukan dimana dan dari siapa data akan dikumpulkan .
Kegiatan ini juga meliputi penentuan bahan-bahan dan identifikasi informan yang
diperlukan dalam wawancara. Pada tahap kedua
mencakup pengenalan karakteristik
dari responden. Semakin elite responden, maka makin penting untuk
mengetahui informasi lebih banyak tentang responden. Selain itu peneliti harus
menyiapkan urutan pertanyaan, peran, pakaian, tingkat formalitas, dan
konfirmasi waktu dan tempat. Tahap ketiga adalah gerakan awal, dimana penelti
melakukan semacam “Warming Up” yaitu mengajukan pertanyaan yang bersifat “grand tour”
agar responden dapat memperoleh kesempatan dan mengalami dalam suasana
yang santai tetapi mampu memberikan
informasi yang berharga., juga berkemampuan untuk mengorganisasikan jalan
pikirannya sendiri., dengan mengajukan pertanyaan secara umum yang akan dirinci
pada waktu wawancara selanjutnya.
Pada tahap keempat pertanyaan
diajukan secara khusus (spesifik), agar dipelihara produktifitas proses
wawancara. Tindakan menhentikan wawancara, apabila peneliti telah banyak
mendapatkan informasi yang melimpah; serta baik peneliti maupun responden sudah
capai. Tindakan berikutnya peneliti harus merangkum dan mencek kembali yang
telah dikatakan oleh responden dan barang kali responden ingin menambah
informasi yang telah diberikannya.
Menurut Seidnan (1991) terdapat tiga rangkaian
wawancara :
·
Wawancara yang mengungkap
konteks pengalaman partisipan (responden)
·
Wawancara yang memberi
kesempatan partisipan untuk merekonstruksi pengalamannya.
·
Wawancara yang mendorong
partisipan untuk merefleksi makna dari pengalaman yang dimiliki.
Pada wawancara
pertama, pewawancara mempunyai tugas membawa pengalaman partisipan kedalam konteks dengan meminta partisipan
bercerita sebanyak mungkin tentang dirinya
sesuai dengan topik pembicaraan , dalam kurun waktu sampai sekarang.
Kegiatan ini disebut wawancara sejarah
hidup terfokus (focused life history). Adapun tujuan wawancara kedua adalah untuk
mengkonsentrasikan rincian konkret tentang rincian pengalaman partisipan
sekarang, sejalan dengan topik studi. Misalnya dalam penelitian tentang guru
dan mentor dalam suatu situs klinis, kita bertanya pada mereka tentang apa yang
sebenarnya dilakukan dalam pekerjaannya. Wawancara ketiga adalah refleksi
makna. Dalam hal ini partisipan diminta merefleksi makna pengalaman yang
dimilikinya. Pertanyaan “makna” bukan merupakan
pertanyaan yang memuaskan, sekalipun isi ini memegang peran yang penting
untuk mengungkap pikiran partisipan. Pertanyaan – pertanyaan seperti ini mungkin muncul, menurut anda
memberi kesan apa kehidupan anda sebelum menjadi guru, dan kehidupan anda
sekarang seperti yang anda katakan ?. Kemudian dapat diteruskan “pengalaman-pengalaman” anda tersebut apa bermanfaat untuk menghadapi
kehidupan yang akan datang.
Apabila suatu penelitian melibatkan wawancara yang ekstensif, atau
wawancara merupakan teknik utama, direkomendasikan untuk menggunakan tape
recorder. Tulisan lengkap dari rekaman
ini dinamakan transkrif wawancara.
Transkrif wawancara merupakan data pokok
dari penelitian wawancara.
Contoh
Transkrif Wawancara
P
K
P
K
|
:
:
:
:
|
(Pewawancara). Ada
beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan tentang klub tennis lapangan kita
Pak (Pak Bakri Mengangguk) . Pertama itu, apakah klub tennis FIA itu memang
mempunyai anggota tetap Pak ?
(Pak Bakri) Ya kita memang mempunyai anggota tetap. Mereka itu yang selalu datang pada hari-hari
latihan. Sebagai ikatan keanggotaanya, mereka di pungut iuran perbulan. Dulu
Rp. 2.500,- tetapi sekarang sisa Rp. 1.500,- karena lapangannya itu milik
kantor sendiri , ya kita tidak perlu bayar lagi . Anggotanya itu, Pak Aris
bisa lihat diatas (sambil menunjuk ruangan Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian).
Di lapangan tennis ; Bapak sering disebut-sebut “manager”.
Bagaimana prosesnya sehingga muncul sebutan itu ?
Sebenarnya ya, tidak pernah diangkat secara resmi bahwa saya manager.
Cuma mungkin dari asal mulanya terbentuk kelompok B. Saya kan yang mula-mula
mengajak teman-teman pergi main, juga urus bola, dan sebagainya. Mungkin
dari situ sehingga saya disebut sebagai manager.
|
Sumber : Arismunandar (1992 : 209)
dalam A. Sonhadji KH. (1994 : 65)
Teknik
transkrif wawancara model lain, yang dibuat oleh Arifin (1992) dengan
mengadopsi teknik Danandjaja (1994) yang pernah dibuat meneliti folklere dan
kebudayaan petani desa Trunyan di Bali.
Teknik ini tidak memasukan unsur peneliti (sebagai
pewawancara). Melainkan langsung
dari hasil wawancara yang dituangkan dalam formulasi kalimat (teknik
seperti ini biasanya dilakukan peneliti yang sering menggunakan kaset perekam
dalam mewawancarai responden), selanjutnya pertanyaan peneliti dianggap sebagai
otobiografi peneliti lapangan. Pertanyaan bisa dengan menggunakan kode-kode.
Contoh
adalah Kode : 43/11-W/PP/26-VII/91 dapat dibaca sebagai berikut :
Nomor transkrif 43, responden berkode 11, hasil
wawancara, topik proses pendidikan, tanggal 26 Juli 1991.
FORMAT
RINGKASAN HASIL WAWANCARA
Sumber data
Peneliti
Peringkas
|
: ----------------------------------
: ----------------------------------
: ----------------------------------
|
Tanggal :
-----------
Mulai s/d
Jam:
|
|||
Kode
Masalah
|
Kode
|
Data
|
Kode
Teknik
|
Isi Ringkasan Data
|
|
Isi
|
Sifat
|
||||
Keterangan :
Kode Masalah :
diisi kemudian, setelah data terkumpul
Kode Isi Data : S = berkenaan dengan
substansi masalah
K = berkenaan dengan koteks/latar masalah
Kode Sifat Data :
F = faktual, R = refleksi, FD = faktual diragukan
RD = refleksi diragukan
Kode Teknik :
W = wawancara, O = observasi, D = dokumentasi
(kemungkinan gabungan beberapa teknik)
Komentar Peneliti :
…………………………………………………………….
……………………………………………………………..
2.2 Teknik Observasi
Teknik
observasi ini mula-mula dipergunakan dalam etnografi. Etnografi adalah studi
tentang suatu kultur. Tujuan utama etnografi ini adalah memahami suatu cara
hidup dari pandangan orang-orang yang terlibat didalamnya. Spradley (1980)
mengemukakan tiga aspek pengalaman
manusia, apa yang dikerjakan (cultural
behavior) apa yang diketahui (cultural knowledge) dan benda-benda apa
yang dibuat dan dipergunakan (cultural
artifacts), ketiga aspek ini yang dipelajari , apabila seorang peneliti
ingin memahami suatu kultur.
Lincoln dan Guba (1985) dalam A. Sonhadji
K.H. , mengklasifikasikan observasi menurut tiga cara :
·
Pertama, pengamat dapat
bertindak sebagai seorang partisipan
atau non partisipan ,
·
Kedua, observasi dapat
dilakukan secara terus terang (overt)
atau penyamaran (convert). Walaupun
secara etis dianjurkan untuk terus terang, kecuali untuk keadaan tertentu yang
memerlukan penyamaran.
·
Ketiga menyangkut latar
peneliti. Observasi dapat dilakukan pada latar “alami” atau “dirancang” (analog dengan wawancara tak struktur dan
wawancara terstruktur). Untuk
observasi yang dirancang bertentangan dengan prinsif pendekatan kualitatif,
yaitu fenomena diambil maknanya dari konteks sebanyak dari karateristik
individu yang berada dalam konteks tersebut. Oleh karena itu teknik observasi
yang kedua ini tidak dilakukan dalam penelitian kualitatif.
Tingkat Partisipasi dalam Observasi
Setiap
observasi memiliki gaya
yang berbeda-beda. Salah satu perbedaan adalah derajat keterlibatan peneliti,
baik dengan orang maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diamati. Menurut Spradley
(1980) terdapat 3 derajat keterlibatan yaitu tanpa keterlibatan (no involvement) keterlibatan rendah
(low) dan keterlibatan tinggi (high).
Variasi ini tercermin dalam 5 tingkat partisipasi, yaitu non partisipasi (nonparticipation), partisipasi pasif (passive participation), partisipasi
moderat (moderate participation),
partisipasi aktif (active participation) dan partisipasi lengkap (complete participation).
Non partisipasi merupakan skala
yang paling rendah yaitu pengamat tidak terlibat dengan orang atau kegiatan
yang diteliti, disini peneliti mengumpulkan data dengan pengamatan saja, kadang
penelitian seperti ini dilakukan oleh orang-orang yang sangat pemalu yaitu
mereka yang ingin meneliti, tetapi tidak mau melibatkan diri misalnya observasi
dengan menonton soap opera di telivisi.
Pada pasrtisipasi pasif
peneliti hadir dalam peristiwa tetapi tidak berpartisipasi atau berinteraksi
dengan orang lain. Biasanya pengamat membuat sebuah pos observasi dari sini
pengamat mengamati dan merekam apa yang sedang terjadi. Contoh seorang peneliti
berada diruang pengadilan sebagai spectator dari suatu sidang untuk mengamati tertuduh, hakim, jaksa,
panitera dan spectator lainnya kemudian baru melakukan wawancara.
Partisipasi
moderat terjadi bila peneliti mempertahankan adanya keseimbangan antara sebagai
orang dalam (insider) dan orang luar
(outsider) yaitu antara partisipan
dan pengamat. Misalnya seorang peneliti ingin mengamati sebuah permainan . Ia
bertindak sebagai penonton yang mengamati sambil ikut bermain tetapi ia tidak
pernah tampil atau memiliki status sebagai pemain reguler.
Derajat keterlibatan yang
tertinggi terjadi apabila peneliti merupakan parsipan biasa. Keterlibatan
seperti ini dinamakan partisipasi lengkap, contoh seorang peneliti ingin
mempelajari perilaku penumpang bis, ia sendiri setiap hari bertindak sebagai
penumpang bis. Spradley mengingatkan tentang pelaksanaan partisipasi lengkap
ini dengan mengatakan bahwa peneliti makin tahu tentang suatu situasi sebgai
partisipan biasa, makin sulit menempatkan diri sebagai peneliti.
Observasi Deskripsi, Observasi Terfokus, dan Observasi Selektif
Pada observasi partisipan, peneliti mengamati
aktivitas manusia, karakteristik fisik situasi sosial, dan bagaimana perasaan
waktu menjasdi bagian dari situasi tersebut. Selama penelitian dilapangan jenis
observasinya tidak tetap. Menurut Spradley (1980), peneliti mulai dari
observasi deskripsi (descrivtif observations) secara luas, yaitu berusaha
melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi di sana. Kemudian, setelah perekamanan dan
analisis data pertama, peneliti menyempitkan pengumpulan datanya dan mulai
melakukan observasi terfokus (focused observations). Dan akhirnya setelah dilakukan lebih banyak
lagi analisis dan observasi yang berualang-ulang di lapangan, peneliti dapat
menyempitkan lagi penelitiannya dengan melakukan observasi selektif (selective
observations). Sekalipun demikian peneliti masih terus melakukan observasi
deskriftif sampai akhir pengumpulan data.
Observasi deskriptif erat hubunganya dengan pertanyaan deskriptif,
yaitu pertanyaan yang mengarahkan observasi tersebut. Contoh pertanyaan
deskriptif dikemukakan berikut ini :
·
Apa yang saya kerjakan pada
saat berada di ruang sidang pengadilan ?
·
Bagaimana bentuk ruang sidang ini ?
·
Apa yang dilakukan oleh hakim, jaksa, panitera dan
pembela pada hari pertama sidang ?
·
Apa yang dikatakan oleh orang-orang yang hadir di
situ ?
Dengan demikian peneliti tidak mencatat informasi-informasi yang rinci.
Observasi deskriptif sebagai respon dari pertanyaan deskriptif mencakup informasi yang banyak bagi peneliti,
yaitu tindakan peneliti dilapangan, apa yang dipikirkan dan bagaimana yang
dirasakan oleh peneliti. Terdapat dua macam observasi deskriftif :
·
Grand tour dapat dilukiskan
sebagai orang yang datang dan berkeliling ke sebuah rumah, perusahaan atau sekolah
untuk mengamati keadaan umum tempat tersebut.
·
Mini tour pertanyaannya
menyangkut satuan-satuan pengalaman yang
lebih kecil.
Jenis pertanyaan keduanya menyangkut sembilan
dimensi ; Ruang, obyek, tindakan, aktivitas, kejadian, waktu, aktor, tujuan dan
perasaan.
Khusus bidang pendidikan Bogdan dan Biklan (19982) memberikan contoh
daftar pertanyaan observasi antara lain seperti berikut :
·
Bagaimana guru
mengorganisasikan kelas ?
·
Apa yang dimaksud oleh guru
yang sedang diamati, seperti maksud dari kata disiplin dan bagaimana ia
bertindak sesuai dengan arti kata tersebut ?
·
Bagaimana anda
mengkarakteristikkan suasana kelas tersebut?
·
Bagaimana perasaan
guru-guru di sekolah tentang pekerjaannya ?
Apabila peneliti sudah
menentukan focus penelitian, ia siap untuk kembali kesituasi sosial dan
melakukan observasi terfokus. Observasi terfokus didasarkan atas pertanyaan
struktural. Pertanyaan struktural memiliki hubungan semantik dengan domain
tertentu, misalnya pertanyaan-pertanyaan struktural berikut ini :
Domain
|
Pertanyaan Struktural
|
Tahap – tahap belanja
Macam-macam saksi
Alasan ganti pekerjaan
Cara mendatangkan saksi secara
cepat
|
Apa saja tahap-tahap dalam belanja ?
Apa saja macam-macam saksi di pengadilan ?
Apa saja alasan orang ganti pekerjaan ?
Cara apa saja untuk
mendatangkan saksi secara tepat ?
|
Observasi selektif mencerminkan
focus terkecil dalam observasi. Dalam hal ini peneliti terlibat dalam situasi
sosial dan mencari perbedaan antara katagori-katagori yang spesifik. Paling
tidak ada 3 cara dalam mencaari perbedaan tersebut.
Pertama ; peneliti tidak mengetahui
kontras dalam mencari perbedaan yang terjadi. Misalnya dalam mempelajari
macam-macam operator, mulai operator yang tidak sabar, pelawak, suka bertanya,
masih belajar dan yang berlagak jadi
supervisor.
Kedua ; apabila peneliti mengetahui satu
atau dua perbedaan, peneliti tetap memerlukan lagi perbedaan yang lain.
Observasi terfokus digunakan untuk mengembangkan daftar perbedaan. Untuk ini
peneliti peneliti mengembangkan pertanyaan kontras, yang meliputi pertanyaan
kontras diadik (dyadic contras questions) seperti “Apa perbedaan
memasuki supermarket dan keluar dari
supermarket?”. Pertanyaan kontras triadic (triadic
contrast questions) seperti pertanyaan “Dari ketiganya, mana dua yang sama dan mana satu yang berbeda; mengasah
pisau,membentuk barisan antri, beristirahat?”.
Ketiga ; perbedaan dapat diketahui
dengan cara menulis semua perbedaan pada kartu-kartu kecil dan mengaturnya
menjadi kelompok-kelompok. Begitu peneliti melihat suatu kelompok kartu timbul
pertanyaan “Apakah perbedaan antara hal-hal tersebut?”Jika peneliti datang pada
hal yang pertama yang menunjukan perbedaan
dengan alasan tertentu, letakan pada kelompok yang baru. Sekarang peneliti mempunyai dua kelompok kartu dan peneliti
dapat melanjutkan mengelompokan kartu-kartu sampai menemukan kartu yang tidak
cocok untuk kedua kelompok tersebut, kemuadian peneliti mulai dengan kelompok
yang ketiga dan sterusnya. Pertanyaan
semacam ini disebut Pertanyaan kontras pemilihan kartu (card sorting contrast questions).
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam observasi
·
Pengamat tidak mungkin
dapat mengamati segala-galanya dilapangan.
·
Dalam melakukan catatan
lapangan, kata sifat interpretative seperti “menyenangkan”, “cantik” dan “menarik”
harus dihindari (Patton 1980) Dan
kata sifat diskriptif seperti warna, pengukuran dan kesengajaan. Danandjaja
(1984) mengingatkan pada waktu mencatat hasil observasi agar tidak mencampur
adukan hasil pengumpulan data dengan
interprestasi.
·
Kehadiran peneliti selama
pengamatan hendaknya tidak mengganggu komunitas subyek, sehingga mereka tidak
terpengaruh perilakunya.
Pembuatan catatan observasi
Menurut Guba dan Lincoln (1981)
sebagaimana dikutip oleh A. Sonhadji KH (1994), telah memberikan pedoman dalam
pembuatan catatan :
·
Pembuatan catatan lapangan
yaitu gambaran umum peristiwa yang telah diamati oleh peneliti.
·
Buku harian
·
Catatan tentang
satuan-satuan tematis yaitu catatan rinci tentang tema yang muncul
·
Catatan kronologis
·
Peta konteks yang dapat berbentuk
peta sketsa atau diagram
·
Taksonomi dan kategori
·
Jadual observasi berisi
dedkripsi waktu secara rinci tentang apa yang dikerjakan, diamati.
·
Sosiometrik diagram
hubungan antara subyek yang sedang diamati
·
Panel pengamatan secara
periodik
·
Kuesioner yang diisi oleh
pengamat
·
Balikan dari pengamatan
lainnya
·
Daftar cek, dibuat untuk
mengecek apakah semua aspek informasi yang diperlukan telah direkam.
·
Piranti elektronik
·
Topeng Steno yaitu alat
perekam suara yang diletakan secara tersembunyi di tubuh peneliti.
Format Rekaman hasil Observasi
Format disini adalah bentuk
wajah catatan lapangan. Bermacam-macam format rakaman hasil observasi telah
dikembangkan. Antara lain format dari
Moleong pada halaman berikut :
FORMAT
MOLEONG
Kelas V SD Jl. Tampak
Siring, Bandung Selatan
Guru : Ibu Ina
|
CL (Catatan
Lapangan) No. 5
Pengamatan Tgl
22/04/2002
Jam 10.10 –
11.45
Disusun jam 20.15
|
(judul) kelas yang
aktif
Tanggapan Pengamat :
|
FORMAT OBSERVASI
TEMA OBSERVASI :
Lokasi Obyek : Tgl/Jam
:
Jenis Obyek : Pengamat :
Catatan :
Koding
|
Data / Hasil
Pengamatan
|
2.3 Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non
insani. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Lincoln dan Guba (1985)
mengartikan rekaman sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan
oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya
suatu peristiwa atau memenuhi accounting. Contoh : jadual penerbangan, laporan
audit, formulir pajak dan sebagainya.
Sedangkan kata “dokumen” digunakan untuk mengacu setiap tulisan selain
rekaman yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti
surat-surat, buku harian, naskah pidato dan sebagainya.
Alasan dipergunakan sumber ini yaitu :
·
Selalu tersedia dan murah
·
Stabil, baik keakuratannya
dalam merefleksikan situasi yang terjadi
·
Sumber informasi yang kaya
secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya.
·
Pernyataan yang legal yang
dapat memenuhi akuntabilitas
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi adalah catatan
atau karangan seseorang secara tertulis mengenai tindakan, pengalaman dan
kepercayaan yaitu antara lain : Buku harian, Surat pribadi dan Otobiografi
Dokumen Resmi
Terdapat dua macam dokumen
resmi antara lain :
·
Dokumen internal ; memo,
pengumuman, instruksi, aturan, rekaman hasil rapat dan keputusan pimpinan yang
digunakan kalangan sendiri.
·
Dokumen eksternal ;
bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh lembaga social, majalah, bulletin,
pernyataan dan berita yang disiarkan kepada media masa.
Pedoman Dokumentasi
Sekalipun sulit untuk menyusun
suatu pedoman umum dokumentasi karena bervariasinya dokumen yang direkamnya.
Namun unsur obyek yang dicatat, cara pencatatan, aspek dan jenis yang dicatat
dan cara penulisan catatan dapat dimasukan dalam dokumentasi.
FORMAT DOKUMENTASI
TEMA DOKUMENTASI :
Lokasi Obyek : Tgl/Jam
:
Jenis Obyek : Pengamat
:
Catatan :
Koding
|
Data / Hasil
Pengamatan
|
3
Proses dan Teknik Analisis Kualitatif
Ada perbedaan mendasar
baik dalam proses maupun dalam teknik analisis kualitatif dengan analisis
kuantitatif. Pada analisis data kuantitatif, pemilihan teknik analisis sangat
ditentukan oleh besaran dan level pengukuran data apakah nominal, ordinal,
interval dan rasio. Masing-masing sarana analisis memerlukan persyaratan untuk
berlakunya untuk uji hipotesa penelitian. Sedangkan analisa data pada
penelitian kualitatif lebih tertuju pada proses pelacakan dan pengaturan secara
sistematik transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar
dapat dipresentasikan temuannya kepada orang lain (Bogdan dan Biklen, 1982). Selanjutnya dijelaskan bahwa analisis data melibatkan pengerjaan
data, organisasi data, pemilahan menjadi satuan-satuan tertentu, sintesis data,
pelacakan pola, penemuan hal-hal yang penting dan dipelajari dan penentuan apa
yang harus dikemukakan kepada orang lain.
Dalam proses
analisis data kualitatif dikenal analisis selama pengumpulan data dan ada
analisis data setelah pengumpulan data.
Analisa Data Selama Pengumpulan Data
Miles dan
Huberman (1984) menyebutkan bahwa analisis data selama pengumpulan data membawa
peneliti mondar-mandir antara berpikir tentang data yang ada dan mengembangkan
strategi untuk mengumpulkan data baru. Melakukan koreksi terhadap informasi
yang kurang jelas dan mengarahkan analisis yang sedang berjalan berkaitan
dengan dampak pembangkitan kerja lapangan. Langkah yang ditempuh dalam
pengumpulan data yaitu penyusunan lembar rangkuman kontak (contact summary
sheet), pembuatan kode-kode, pengkodean pola (pattern codding) dan pemberian
memo.
Lembar
rangkuman kontak merupakan lembar yang berisi serangkaian pemfokusan atau
rangkuman pertanyaan tentang kontak lapangan tertentu. Dalam hal ini, peneliti
menelaah catatan-catatan lapangan, dan menjawab setiap pertanyaan secara
singkat untuk mengembangkan rangkuman secara keseluruhan dari hal pokok dalam
kontak. Pertanyaan itu dapat dirumuskan :
(1)
Orang, peristiwa atau situasi apa
yang akan diungkap?
(2) Tema dan isu apa
dalam kontak?
(3) Tempat mana yang
paling energi pada kontak berikutnya, dan informasi apa saja yang akan dilacak?
Lembar rangkuman kontak dapat dibuat secara lebih
spesifik dan tidak begitu “open-ended”, dengan disertai kode-kode.
Persoalan yang dihadapi dalam pengumpulan data
adalah banyaknya catatan-catatan lapangan dan dokumen yang terkumpul, sehingga
dapat menyulitkan peneliti dalam menangkap makna yang esensial dan menata
kembali, serta merampingkan menjadi satuan-satuan yang siap dianalisis.
Pengkodean diawali dengan penyusunan daftar kode. Dalam daftar kode yang dapat
disimak dalam Miles & Huberman, 1984 :58-59; terdapat 3 kolom, yakni kolom yang memuat
label deskriptif untuk kategori umum dan kode-kode yang bersangkutan dengan
kategori, berikutnya kolom yang memuat kode-kode secara rinci, sedangkan
terakhir adalah kolom yang memuat kunci-kunci yang mengacu pada pertanyaan atau
sub pertanyaan penelitian, dari mana kode diderivasi. Pemberian kode biasanya dilakukan pada tepi kiri
dan tepi kanan pada catatan lapangan.
Kode pola adalah kode eksplanatori atau
inferensial yaitu kode yang mengidentifikasi suatu tema, pola atau eksplanasi
yang muncul untuk kepentingan analisis selanjutnya.
Pengkodean pada dasarnya menarik sejumlah besar
bahan bersama menjadi lebih bermakna dan dapat teridentifikasi. Proses ini
dapat dikatakan merupakan “pengkodean-meta”. Pengkodean dimaksudkan sebagai
alat untuk merangkum segmen-segmen data, selain itu pengkodean pola merupakan
cara untuk mengelompokkan rangkuman-rangkuman data tersebut menjadi sejumlah
kecil tema atau konstruk.
Pengumpulan data merupakan pekerjaan yang sangat
menarik dan pengkodean biasanya memakan energi yang besar sekali, dimana
peneliti dibanjiri dengan berbagai informasi. Hal ini memungkinkan peneliti
untuk lupa menangkap makna atau gejala umum dari apa yang sedang terjadi.
Pembuatan memo adalah salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut.
Analisa Data Setelah Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam
kegiatan penyajian atau penampilan (display)
dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya Peneliti kualitatif banyak
menyususn teks naratif. Display adalah format yang menyajikan informasi secara
sistimatik kepada pembaca.
Penelitian kualitatif memfokuskan pada kata-kata,
tindakan-tindakan orang yang terjadi pada konteks tertentu, konteks mana dapat
dilihat sebagai aspek relevan segera dari situasi yang bersangkutan, maupun
sebagai aspek relevan dari sistem sosial di mana seseorang berfungsi seperti
contohnya : ruang kelas, sekolah, departemen, perusahaan, keluarga, agen,
masyarakat lokal dan sebagainya.
Miles dan Huberman memperkenalkan 2 macam format
yaitu diagram konteks (context chart)
dan matriks.
Model – Model Analisis
Spradley menyebutkan ada
4 macam model analisis yaitu :
·
Analisis Dominan
·
Analisis taksonomi
·
Analisis komponensial
·
Analisis tema budaya
Analisis adalah penelaahan untuk mencari pola
(paterns). Pola disini lebih mengacu pada pola budaya (cultural patterns) bukan semata-mata situasi sosial suatu domain
cultural (cultural domain) adalah
katagori makna cultural yang menyangkut katagori-katagori yang lebih kecil.
Terdapat 3
elemen dasar domain :
-
Cover term
-
Included term
-
Semantic relationship
Taksonomi
adalah himpunan kategori-katagori yang di organisasi berdasarkan suatu semantic
relationship. Jadi taksonomi merupakan
rincian dari domain cultural.
Sumber
:Spradley (1980: 113) dalam Sonhadji, KH, (1994:80)
Sementara itu
analisa komponensial adalah penelaahan sistematik pada atribut-atribut (komponen dari makna) berkaitan dengan
katagori-katagori cultural. Apabila peneliti menemukan kontras-kontras antara
anggota dalam domain, kontras tersebut dianggap merupakan atribut-atribut atau
koponen dari makna. Atribut dari semua katagori cultural dalam suatu domain
dapat disajikan sebagai diagram yang disebut paradigm.
Contoh suatu
Paradigm.
DOMAIN
|
DIMENSIONS OF
CONTRAST
|
||
Signe
|
Action
|
Feeling
|
|
Junk mail
|
no
|
Throw away
|
Disgust
|
Personal letter
|
yes
|
Read dan keep
|
Delight
|
bills
|
no
|
Read and pay
|
Don’t like
|
Sumber : Spradley (1980;132)
dlm Ahmad Sonhadji, KH.(1994:81)
Paragdigma diatas menunjukan beberapa atribut dari 3
katagori budaya tersebut : Apakah ditandatangani, tindakan setelah menerima surat, dan perasaan berkenaan dengan adanya surat tersebut. Secara
umum paradigma tersebut digambarkan sebagai
dibawah ini ;
DOMAIN
|
DIMENSIONS OF
CONTRAST
|
||
I
|
II
|
III
|
|
Cultural catagory
|
Attribute 1
|
Attribute 2
|
Attribute 3
|
Cultural category
|
Attribute 1
|
Attribute 2
|
Attribute 3
|
Cultural catagory
|
Attribute 1
|
Attribute 2
|
Attribute 3
|
Sumber : Spradley (1980;
132) dalam A. Sonhadji K.H., (1994)
Konsep
“tema budaya” pertama kali diperkenalkan ke ilmu sosial oleh ahli antropologi
yang bernama Moris Opler. Opler mendiskripsikan umum tentang budaya Apache. Ia
menyatakan bahwa kita dapat memahami secara baik pola umum dari suatu budaya
dengan mengidentifikasi tema-tema yang berlangsung. Opler yang dikutip oleh
Spradley (1980) mendefinisikan tema sebagai postulat atau posisi yang dinyatakan atau disiratkan, dan biasanya
perilaku perilaku pengendali atau aktifitas stimulasi. Yang diakui secara
tersembunyi atau ditampilkan secara terbuka dalam suatu masyarakat. Sebagai
contoh postulat atau tema yang dijumpai pada budaya Apache sebagai ekspresi
gejala budaya : “Orang laki-laki secara fisik, mental dan moral lebih unggul
dibandingkan wanita”. Tema ini dikembangkan dari beberapa analisis
komponensial tentang budaya Apache.
4.
Penutup
Sajian tentang teknik pengumpulan dan analisis data
dalam penelitian kualitatif ini hanya memuat prinsip-prinsipnya saja. Oleh
karena itu, latihan–latihan dalam menggunakan teknik-teknik ini baik dalam
bentuk simulasi maupun dalam latar yang sesungguhnya, merupakan hal yang perlu
dilakukan, terutama bagi para peminat pendekatan kualitatif (naturalistic). Seperti orang yang
belajar naik sepeda akan membuahkan hasil yang nyata apabila orang tersebut
tidak hanya sekedar membicarakan dan mendiskusikan teknik “naik” sepeda, tetapi
perlu terlibat langsung dalam pengalaman nyata sehingga tidak hanya tahu tetapi
juga mengalami apa dan bagaimana orang mengendarai sepeda. Contoh ini sama dengan bagaimana orang meneliti
dengan pendekatan kualitatif.
Referensi
Cresswell, J.W. 2009. Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. Los Angeles:
Sage.
Kerlinger, Fred N. 2000. Foundations of behavioral research. Australia: Wadsworth
Thomson Learning.
McMillan, J.H.
& Schumacher S. 2010. Research in
education, 7th ed.. Boston:
Pearson.
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis
Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang MetodeMetode Baru. UIPress. Jakarta.
Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
Suharsimi
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar