I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Memahami
sistem filsafat sesungguhnya menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran
mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim,
filsafat berkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh
pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem
filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu,
tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor luar.
Faktor-faktor
ini diantaranya yang utama ialah sikap dan pandangan hidup, citakarsa dan
kondisi alam lingkungan. Apabila cita karsanya tinggi dan kuat tetapi
kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya tidak subur (tidak
jaya).
Pada abad ke-13 di Eropa sudah timbul sistem filsafat
yang boleh disebut merupakan keseluruhan. Sistem ini diajarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Dalam
abab ke-14 timbulah aliran yang dapat dinamai pendahuluan filsafat modern. Yang
menjadi dasar aliran baru ini ialah kesadaran atas yang individual yang
kongkrit. Tak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai, dalam era
filsafat modern, dan kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20,
munculnya berbagai aliran pemikiran, yaitu: Rasionalisme, Emperisme,
Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme. Namun didalam pembahasan kali ini yang akan
dibahas aliran Resionalisme
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa arti rasionalisme dan
idealisme?
2. Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh rasionalisme?
3. Apa saja jenis-jenis idealisme?
C.
Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian dari rasionalisme dan
idealisme.
2.
Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran dari para tokoh
aliran rasionalisme dan idealisme dalam pandangan filsafat.
II.
PEMBAHASAN
A.
Rasionalisme
1.
Pengertian Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa sumber pengatahuan satu-satunya yang benar adalah rasio (akal
budi)
Rasionalisme
adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (resen) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengatahun dan mengetes pengatahuan.
Jika empiresme mengatakan bahwa pengatahuan diperoleh dengan alam mengalami
objek empiris, maka rasionalisme mengejarkan bahwa pengatahuan di peroleh
dengan cara berfikir alat dalam berfikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau
kaidah-kaidah logika
Usaha manusia untuk memberi
kemandirian kepada akal sebagaimana yang telah dirintis oleh para pemikir
renaisans, masih berlanjut terus sampai abad ke-17. Abad ke-17 adalah era
dimulainya pemikiran-pemikiran kefilsafatan dalam artian yang sebenarnya.
Semakin lama manusia semakin menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan
akal, bahkan diyakini bahwa dengan kemampuan akal segala macam persoalan dapat
dijelaskan, semua permasalahan dapat dipahami dan dipecahkan termasuk seluruh
masalah kemanusiaan.
Keyakinan yang berlebihan terhadap
kemampuan akal telah berimplikasi kepada perang terhadap mereka yang malas
mempergunakan akalnya, terhadap kepercayaan yang bersifat dogmatis seperti yang
terjadi pada abad pertengahan, terhadap norma-norma yang bersifat tradisi dan
terhadap apa saja yang tidak masuk akal termasuk keyakinan-keyakinan dan serta
semua anggapan yang tidak rasional.
Dengan kekuasaan akal tersebut,
orang berharap akan lahir suatu dunia baru yang lebih sempurna, dipimpin dan
dikendalikan oleh akal sehat manusia. Kepercayaan terhadap akal ini sangat
jelas terlihat dalam bidang filsafat, yaitu dalam bentuk suatu keinginan untuk
menyusun secara a priori suatu sistem keputusan akal yang luas dan tingkat
tinggi. Corak berpikir yang sangat mendewakan kemampuan akal dalam filsafat
dikenal dengan nama aliran rasionalisme
2.
Pemikiran Dari Para Tokoh Rasionalisme
a. Deskartes ( 1596-1650)
Descartes lahir pada tahun 1596 dan
meninggal pada tahun 1650. bukunya di caurs deia methode ( 1537) dan
meditations ( 1642) kedua buku ini saling melengkapisatu sama lain. Didalam
kedua buku inilah ia menuangkan metodenya yang terkenal itu, metode ini juga
sering disebut cogito Descartes, atau metode catigo saja
Ia mengatahui bahwa tidak mudah
meyakinkan tokoh-tokoh gereja. Bahwa dasar filsafat haruslah rasio (akal) untuk
meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun orgumentasi
yang sangat terkenal.
Untuk menemukan basis yang kuat bagi
filsafat, Descartes meragukan (lebih dahulu segala sesuatu yang dapat diragukan). Didalam mimpi seolah olah seorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh
terjadi, persis seperti tidak mimpi (juga) begitu pula pada pengalaman
halusinasi, ilusi dan kenyataan gaib. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi
dan jaga. Takkala bermimpi, rasa-rasanya seperti
bukan mimpi.
b. Spinoza ( 1632-1677 M)
b. Spinoza ( 1632-1677 M)
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia
pada tahun 1677 M. nama aslinya Banich Spinoza. Setelah ia mengucilkan dirinya dari agama
yahudi, ia mengubah namanya menjadi benedictus de Spinoza ia hidup dipinggiran
kota dan baik Spinoza maupun leibniz ternyata mengikuti pemikiran Descartes
itu. Dua tokoh terakhir ini menjadi substansi sebagai tema pokok dalam
metafisika mereka, dan mereka berdua juga mengikuti metode Descartes, tiga
filosof ini, descartos, spinozo dan leigniz, biasanya dikelompokkan dalam satu
mazhab, yaitu rasionalisme
B.
Idealisme
1.
Pengertian idealisme
Di
dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia
fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan
roh (spirit).
Istilah ini diambil dari kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.Kata
idealisme dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari arti yang
biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari. Kata idealis itu dapat mengandung
beberapa pengertian, antara lain:Seorang yang menerima ukuran moral yang
tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;Orang yang dapat melukiskan dan
menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada.
Arti
falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide
daripada kata ideal
W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-isme lebih tepat digunakan daripada idealism. Secara ringkas
idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal
(mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan.
Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer)
daripada materi.
Pokok
utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang utama
dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun,
materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab,
seseorangakanmemikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus
memikirkan roh atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya
materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah
akal budi itu, bukannya apakah materi itu.
2.
Jenis-jenis idealisme
Idealisme
subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide
manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia.
Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil
atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam
dan masyarakat hanyalah sebuah ide/pikiran dari dirinya sendiri atau ide
manusia.
Salah
satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang dari inggris yang bernama
George Berkeley (1684-1753 M). Menurut Berkeley, segala sesuatu yang tertangkap
oleh sensasi/perasaan kita itu bukanlah materi yang real dan ada secara
objektif.
b. Idealisme objektif
Idealisme
Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia.
Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat
dalam susunan alam.
Menurut
idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil
dari ciptaan ide universal. Pandangan
filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada
secara abadi di luar manusia, sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia
alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya.
Filsuf
idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam dua
bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia yang konkret ini adalah temporal
dan rusak; bukan dunia yang sesungguhnya, melainkan bayangan alias penampakan
saja. Kedua, terdapat alam di atas alam benda, yakni alam konsep, idea,
universal atau esensi yang abadi.
c. Idealisme personal
Idealisme personal yaitu nilai-nilai
perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme muncul sebagai protes
terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik. Bagi seorang personalis,
realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang
khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir.
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan kekuasaan akal tersebut, orang berharap akan
lahir suatu dunia baru yang lebih sempurna, dipimpin dan dikendalikan oleh akal
sehat manusia. Kepercayaan terhadap akal ini sangat jelas terlihat dalam bidang
filsafat, yaitu dalam bentuk suatu keinginan untuk menyusun secara a priori
suatu sistem keputusan akal yang luas dan tingkat tinggi. Corak berpikir yang
sangat mendewakan kemampuan akal dalam filsafat dikenal dengan nama aliran
rasionalisme.
Di
dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia
fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan
roh (spirit). Adapun
jenis-jenis idealisme ada tiga yaitu, idealisme subjektif, idealisme objektif
dan idealisme personal.
B.
Saran
penulis sangat menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih belum sempurna. Penulis sangat membutuhkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, untuk kesempurnaan makalah ini, dengan
meningkatkan wawasan dan pengetahuan kita tentang filsafat umum khususnya
rasionalisme dan idealisme.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyanto, Elvinaro Dan Bambang Q. Anees, filsafat
ilmu komunikasi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007)
Ewing, A.C, Persoalan-Persoalan Mendasar Filsafat,
( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
Kattsoff, Louis. O, Pengantar Filsafat,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004)
Suhartono, Suparlan, Filsafat Pendidikan,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar